Jakarta, suarapublic.com - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo bersama Ketua Umum Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Mayen TNI (Pur) Hendardji Soepandji serta Kepala Biro Pendidikan dan Mental Spiritual Pemprov DKI Jakarta Gunas Mahdianto hadir mewakili PJ Gubernur DKI Jakarta, membuka Festival Musik Tradisi dan Orkestra Musik Nusantara dalam rangka Peringatan Hari Musik Nasional.
"Melalui event ini, kita berjuang bersama agar setelah angklung dan gamelan, berbagai alat musik tradisional Indonesia lainnya juga bisa menjadi Warisan Budaya Dunia yang masuk dalam Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity oleh UNESCO," ujar Bamsoet, saat membuka Festival Musik Tradisi dan Orkestra Musik Nusantara, di Taman Fatahillah, Kota Tua DKI Jakarta, Kamis (9/3/23).
Bamsoet mengatakan, ada tugas besar untuk menduniakan musik Indonesia.
"Tidak ada salahnya belajar dari Korea yang berhasil menduniakan musik Korea (K-Pop) melalui Korean Wave (Gelombang Korea), dan telah menjadi alat diplomasi yang sangat kuat dalam meningkatkan harkat, derajat, martabat rakyat dan negara Korea," sambungnya.
Ketua MPR RI ini menjelaskan, Festival Musik Tradisi dan Orkestra Musik Nusantara menyajikan berbagai performance musik tradisional.
Antara lain, musik Betawi, kolintang Sulawesi, gitar sape Kalimantan, angklung Jawa Barat, Wamena Papua, Papua Selatan, keroncong Jawa Tengah, Aceh, Jambi, dan NTT.
"Serta orkestra musik nusantara menggunakan 30 alat musik dari Aceh sampai Papua. Menunjukan bahwa kekayaan musik Indonesia sangat luar biasa. Termasuk yang terbanyak, terbesar dan terindah di dunia," papar Bamsoet.
Menurutnya, fakta sejarah juga menunjukkan, musik di Indonesia dapat menjadi media perjuangan, sebagaimana Lagu Indonesia Raya gubahan WR Supratman yang telah berhasil menginspirasi dan membakar semangat juang generasi muda bangsa, serta menjadi katalisator pergerakan nasional di tanah air pada masa-masa menjelang kemerdekaan.
Ia juga mengingatkan agar bangsa Indonesia senantiasa waspada terhadap gelombang kehadiran budaya asing yang masuk dan kemudian menjelma menjadi sebuah “imperialisme kebudayaan".
Cara paling bijaksana menyikapinya adalah dengan berfikiran terbuka untuk menangkap nilai-nilai positif yang ditawarkan oleh modernitas zaman, namun dengan tetap mempertahankan jati diri sebagai bangsa yang berdaulat dan bermartabat.
"Karena itu, Hari Musik Nasional yang kita peringati pada hari ini, jangan sekadar dimaknai dari dimensi kesejarahan, sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi dan pengabdian WR Supratman," tuturnya.
Hari Musik Nasional juga mencerminkan wujud keberpihakan, dukungan dan apresiasi negara terhadap eksistensi para musisi dan seniman tanah air yang telah melahirkan beragam karya musik.
"Musik dimaknai sebagai bagian dari ekspresi budaya yang merepresentasikan nilai luhur kemanusiaan serta berperan penting dalam pembangunan nasional," pungkas Bamsoet. Rill/Lk